Jumat, 28 Oktober 2011

Kembali Utuh...


Terima kasih untuk menampar saya dengan tamparan yang terhebat...

Seperti obat..tamparan kamu memang pahit, tapi itu justru menyembuhkan saya dalam keadaan sebaik- baiknya...

Ternyata rasa sakit kemarin adalah klimaks untuk saya.. turbulensi dalam sel otak saya yang kemudian meledakkan sensasi yang tak terdefinisi...

Terimakasih telah membebaskan saya dari rasa yang melumpuhkan itu, yang menghambat kinerja otak saya, yang membuat badan saya mengindikasikan bahwa saya sedang sakit parah, yang membuat saya kehilangan diri saya sendiri...

Pada akhirnya saya kembali dapat mencintai diri saya dengan utuh...
Dan betapa saya merindukan itu...

Akhirnya sekarang saya  bisa kembali hidup normal dengan pribadi saya...
Menjalani hari-hari saya dengan energi penuh, hidup bahagia saya kembali...utuh...

Sekali lagi terima kaih untuk tamparan kamu..
Yang menyadarkan bahwa kebahagiaan saya harus independent...tidak tergantung dengan sesuatu atau seseorang ...bahwa saya berhak untuk selalu bahagia...apapun keadaannya...

Pada akhirnya..saya kembali harus mengucapkan...
Terimakasih untuk melumpuhkan dan... kemudian menyembuhkan saya....








-sun shine, secangkir independensi dan semangkuk senyum kebebasan.. -

Sabtu, 22 Oktober 2011

Bahagia untuk kamu...

Jangankah melangkah, bahkan saya belum bisa beranjak se inci pun, tapi kamu sudah pergi berlari meninggalkan saya, jauh sebelum saya bisa berdiri tegak lagi.... saya turut bahagia untuk kamu,Toh dari dulu harapan saya satu2nya cuma melihat kamu...orang yang saya cintai, bahagia...apapun jalannya... semoga Tuhan memberi yang terbaik, untuk kamu... dan untuk saya....

Tidak banyak yang berubah pada hati saya, masih mencintai kamu, utuh...

Banyak yang sebenarnya saya sesali, tapi untuk apa... Mencintai kamu adalah anugrah bagi saya,..itu saja sudah cukup, walaupun kadang harapan saya meminta lebih, tapi saya juga tidak bisa memaksa kamu untuk mencintai saya lagi... dan kembali kedua tahun yang lalu saat kita kekenyangan cinta,karena bahkan kamu sudah mencintai ratu barumu...

Saya adalah orang yang menangis paling keras saat melihat kamu sedih dan terluka, dan tertawa paling antusias ketika melihat kamu tersenyum bahagia... untuk itu hari ini saya turut bahagia untuk kamu dan mimpi-mimpi baru kamu...  

Melihat kamu hidup baik, bahagia,dan  bebas dari duka, itu saja sudah cukup bagi saya...

Dan saya??? Saya baik-baik saja,.. hanya butuh sedikit upaya untuk berteman dengan realita...

Doa saya untuk kamu selalu hadir dikamar saya setiap malam...setiap hari... doa untuk kebahagiaan kamu...dan hanya kamu....

Selasa, 18 Oktober 2011

Ketika wanita itu bersuara...

Ibu telah mengajariku banyak hal...

Merangkak, tertatih, berdiri, bejalan hingga berlari...

Kini kedua kakiku telah mampu menopang kehidupanku sendiri,...

dengan peluh yang tidak sedikit dan airmata yang terpaksa harus tumpah karena menahan sakit, semua pengorbanannya kurasa kini tak sia-sia menyaksikan aku yang kini juga sedang belajar untuk berlari.. kontribusi nya bagi kehidupanku sangat nyata... walaupun memang dia tidak pandai merangkai kata ...namun dia tetap manusia hebat yang sangat mengagumkan untukku, untuk hidupku...

22 tahun sudah aku dilatihnya berjalan, meraba medan yang tidak mulus untuk dilalui atau bahkan terkesan ekstrem dalam penglihatanku..segala rasa takutku ditepisnya, diajariku olehnya  untuk melawan ketidakmampuanku dalam segala hal...Dia bentuk aku menjadi wanita tegar yang mandiri...yang terbiasa untuk menopang kepalaku sendiri saat aku butuh bersandar pada bahu seseorang...tidak! aku tidak melakukan itu, hanya akan membuatku semakin lemah dan aku paham itu..

Medan ekstrem bernama Impian yang menjelma konkret menjadi cita-cita itu belum juga selesai pada garis finishnya.. masih terlalu jauh katanya..aku mulai bosan untuk berjalan..aku ingin berlari mengahampiri garis finish itu yang sudah mulai terlihat menebal pada penglihatanku dari jarak aku berjalan sekarang, dan ibu hebatku tidak pernah bosan untuk mengajariku..lalu ia ajarkan aku untuk  berlari..dia menjadi cheerleaders terbaik didunia untuk memberiku energi saat aku mulai lelah untuk belajar berlari...dan tidak memberiku kesempatan untuk berhenti .. katanya hidupku terlalu singkat untuk hanya berhenti pada satu titik..dimana garis finish masih berjarak dari titik tempatku berhenti...jangan berhenti berlari..dan jangan kembali berjalan ketika kamu sudah sanggup untuk berlari, begitulah kira-kira pesan yang kuterima dari nonverbalnya, ya karena lagi-lagi harus ku katakan dia tidak terlalu pandai merangkai kata...namun itu bukan cacat buatku..dia tetap wanita mendekati sempurna...

Tak terlalu banyak dia ajarkan aku norma..karena aku dibentuknya sebagai manusia logis yang hanya melakukan dan mempercayai sesuatu yang berargumen jelas dan masuk diakal orang-orang waras....tidak diijinkannya otakku berhenti berpikir, bahkan disaat fisikku sedang rehat, karena hanya otaklah yang melambangkan kualitas diri sebenarnya, kemampuan berpikirku terus diasahnya, begitu kritis sehingga tak jarang terlihat apatis bahkan skeptis..tapi sosok seperti inilah yang diinginkannya tumbuh dalam pribadiku..kira-kira begitu karena aku hanya bisa menangkap maksud implisitnya, karena lagi-lagi dia pernah pernah berkata secara lugas tentang harapannya kepadaku..entah..mungkin karena tidak ingin menutut pikirku..benar-benar wanita tanpa manja ibu hebatku, tak pernah kudengar dia merengek akan harapannya padaku..

Semua sikap tegasnya telah mengantarkan aku menjadi wanita berpemikiran lugas...

Tak pernah dia ajarkan aku menjadi manja..dia hanya ajarkan aku untuk keras bekerja..
Tak pernah dia ajarkan aku menjadi boneka..dia selalu ajarkan aku menjadi  wanita ber-IQ diatas rata-rata..
Tak pernah dia ajarkan aku menjadi pelayan bagi gender yang berbeda..dia selalu ajarkan aku setara dalam pemikiran dan kinerja dengan mereka..

Dan ibu hebatku telah mengajariku segalanya tanpa latarbelakang pendidikan tinggi...tanpa kalimat lugas yang mudah untukku mengerti..dia tidak mengajariku dengan bahasanya..dia mengajariku dengan sikapnya...
Sikap dimana dia tidak pernah berkata untuk meminta...
Aku tak pernah dengar suaranya untuk menyatakan harapannya padaku..
Dan itu membuatku kagum pada ibu hebatku...membuat aku tidak pernah bisa berkata tidak...

Ketika wanita itu bersuara.....

  

Senin, 17 Oktober 2011

Celoteh Langit...

Malam cerah...pantulan bulan oranye dikolam mungil saya menyedot perhatian saya,   saya hanya terpaku memandanginya tanpa kedip,..

Terdengar sayub-sayub suara langit ditelinga saya..

Langit memanggil-manggil saya, menggoda saya untuk menengadah kearahnya, ...

“ada apa ngit? Kamu cerah sekali malam ini, ganteng lagi, baju bintang-bintang itu bikin kamu tambah sumringah...”
“ saya sedang bahagia....memangnya kelihatan ya??”

Saya terdiam...langit memang selalu ceria, namun malam ini ada eksprei lain di wajahnya...semburat merah jingga diujung wajahnya menandakan dia sedang malu-malu...

“kamu lagi jatuh cinta ya ngit?? Pipi kamu sampai merah begitu.. hayo bilang sama saya...!”

Langit tersenyum simpul... lalu menjawab dengan nada menggumam..

“iya...kenapa kamu bisa tau, saya saja baru menyadarinya kemarin...”

Kali ini saya yang tersenyum simpul...

“ kalau ekspresi wajah kamu begitu..semua orang juga bisa tau, bukan hanya saya...saya ikut senang ngit..kalau kamu lagi jatuh cinta saya jadi betah memandangi kamu cerah rasanya”

Langit tertunduk malu-malu...
Sejenak dia terdiam lalu bersiul salah tingkah...

“ jangan hanya bersiul-siul ngit, sana temui cintamu, katakan semuanya yang kamu rasakan...”

“saya malu, tidak bisa,....berat rasanya,,,saya takut juga dia akan menolak saya...”

Saya terdiam mencerna ketakutan langit dalam hening malam...

“Kalau kamu takut patah hati, kenapa kamu tidak takut jatuh cinta? Mereka itu sepaket ngit! Tidak bisa dipisah-pisah...”

Langit diam sepertinya tidak suka dengan kalimat saya... hanya melirik tajam kearah saya,,,,

“ jangan bilang begitu..saya baru saja jatuh cinta, kenapa kamu ingatkan saya dengan patah hati...bikin saya hilang selera”

Langit protes dengan nada kesal, saya hanya tersenyum menanggapinya...saya diam agar langit mencerna sendiri kalimat-kalimatnya...

 Lama saya terdiam, dia mulai kesal sendiri...

“kenapa kamu diam saja? “
“nanti kalau saya bicara lagi, kamu kesel lagi sama saya...”
“kalau begitu ucapkan kalimat yang bikin saya tidak kesal...”

Saya tersenyum dan menghela napas...

“ngit, cinta itu tidak pernah hilang selera, cinta itu mengalir dan menemukan jalannya sendiri mau berujung di selokan atau dilaut lepas, cinta tetap cinta yang tidak bisa kamu konstruksi dan manipulasi, cinta itu punya jiwa sendiri dan tidak butuh tali, kalau toh dia menyatukan kamu dengan yang kamu cintai itu akhir yang bahagia, tapi kalau memang tidak, kamu juga harus tetap bersyukur sudah dianugrahkan rasa seagung itu oleh Tuhan, lalu apa yang kamu takutkan?”

Langit kembali merenung...walaupun saya tau dia sudah ingin protes sama saya..

“kamu sok tau...memang kamu sudah pernah jatuh cinta?”
Ucap langit dengan nada menyindir...

Saya tersenyum, ada perasaan hangat di hati saya, seperti sesuatu melumer memenuhi rongga yang kosong, menghangat dan entah apa..

“lebih dari cinta ngit, entah apa namanya...”
Jawab saya lirih...

Langit kaget lalu terdiam merenung sendirian, dia kenal betul kalimat saya,..dan kini dia senang asik mengeja setiap hurufnya untuk mencari artinya, dia heran sendiri mengartikannya...

“lalu apa kalau begitu?” tanyanya
Saya menaikkan bahu tanda tidak tau, langit tersenyum dan ceria lagi...

“kalau begitu, kamu tau ya seperti apa perasaan saya sekarang..”ucap langit dengan nada sumringah...
Saya mengangguk tanda mengerti..

“jangan-jangan kamu juga sedang jatuh cinta seperti saya ya?”

Saya tertawa...lepas... seakan beban dipundak saya hilang semua, pertanyaan langit membuat saya geli sendiri, entah apa yang lucu, tapi pertanyaan itu membuat saya benar-benar ingin tertawa...lama saya tertawa hingga akhirnya saya atur napas saya satu-satu untuk sebuah jawaban...

“saya cuti jatuh cinta ngit...”

Langit mengernyitkan kening...
“sampai kapan?” tanyannya masih penasaran...

“hanya Tuhan yang tau....”

Langit diam, sayapun diam malam mulai larut...hening.., kalimat terakhir saya menjadi akhir dari celoteh langit malam ini,...hanya suara jangkrik kegirangan memecah sunyi....dan saya ikut bahagia untuk langit yang dijatuhi cinta malam ini...

Untuk Bintang Jatuh...

Bintang jatuh...

Malam ini ijinkan saya titip semua mimpi saya ya...
Biar kamu bawa pergi dan melenyap bersama sosok mu yang angkuh menantang malam...
Saya titip semua mimpi tanpa kecuali...jangan ada yang kamu tinggal lagi...

Bukannya saya tidak mau membuangnya sendiri...tapi saya tidak sanggup menyimpannya lagi...
Biar semua mimpi itu cuma kamu yang tau...bukankah kita sudah sering saling bercerita dan sesekali bercanda saat malam tiba?

Saya mohon jangan bilang siapa-siapa...saya hanya ingin membagi itu dengan kamu...
Tidak dengan bulan, tidak dengan awan dan tidak juga dengan ....dia....

Rasanya lega saat harus merelakan semuanya, termasuk mimpi saya...
Sakit sekali, tapi itu memang harga yang harus saya bayar untuk menciptatakan bahagia untuk dia...

Hey..jangan tersenyum getir begitu...saya tidak bercanda!....
Cukup dia yang menilai saya klise dan terkesan janggal, tapi kamu jangan...

Sedih rasanya punya mimpi tapi tidak diberi kesempatan dan kepercayaan untuk mewujudkannya, lalu untuk apa saya simpan lagi...kamu paham kan?


Bintang jatuh...

Hanya kebahagiaan dia satu-satunya yang penting dalam hidup saya selama 832 malam terakhir, dan ironisnya dia justru tidak bahagia jika harus bersama-sama dengan saya....

Kalau saya egois ingin mewujudkan mimpi saya, justru mimpi dialah yang harus dikorbankan, demi Tuhan saya tidak rela...

Saya hanya bisa berharap semoga kelak impiannya bernasib baik, untuk bisa diraih olehnya,..tidak bernasib sama dengan mimpi saya....semoga dia sukses hidup berdampingan dengan mimpinya..

Saya juga titip salam untuk dia ya... tolong lafazkan semua doa saya untuk dia persis seperti yang setiap malam kamu dengar dari kamar saya...

Sudah dulu cerita untuk malam ini, sana pergi...melesat jauh dari awan dan hujan, jangan lupa titipan saya yang harus kamu bawa pergi...sebuah bungkusan besar bernama mimpi...





- Malam, Teh, dan Bintang Jatuh -

Sabtu, 15 Oktober 2011

Sembuhlah Ayah....

Sembuhlah ayah...

Ku ingin lihat senyum bahagia itu lagi diwajahmu..
Ku ingin dengar nasihat –nasihat berharga lagi darimu..
Ku ingin simak lagi cerita – cerita masa jayamu ...

Sembuhlah ayah...

Mari kita bertamasya lagi ke gunung ke sungai.. kemanapun kau suka...
Mari kita makan bersama lagi, bergurau disela kunyahan kita...
Mari kita bangun lagi mimpi- mimpi indah kita tentang cita dan cinta...

Sembuhlah ayah...

Tidakkah kau ingin melihatku membeli mimpiku?
Tidakkah kau ingin melihatku memakai kebaya indah dihari bahagiaku?
Tidakkah kau ingin menimang cucu dariku??

Sembuhlah ayah..
Ku mohon dengan segenap air mata dalam rasa sayangku, doa dalam harapku dan upaya sebisaku...

Sembuhlah ayah......sembuhlah...









- 10 mei 2011, malam, doa, dan air mata -

Senin, 10 Oktober 2011

Pulang...

Langit mulai gelap.. saya masih terpaku di depan komputer,,,jam diruangan saya menunjukkan pukul 7 malam,

“mbak, kok belum pulang?” Tanya office boy yang menyapu ujung ruangan saya...
saya tersenyum...getir...
“mau saya bikinkan kopi?” tanyanya lagi
“tidak terima kasih , saya tidak ingin apa2 saat ini..”

Kalimat itu denotasi...saya benar- benar kehilangan selera untuk apapun...
Bahkan kata “pulang” sudah membuat saya jengah...
Tidak ada yag saya tuju, tidak ada alasan untuk pulang..

saya pandangi layar handphone saya..kosong..tidak ada sms masuk atau telpon untuk saya, saya hanya bisa tersenyum sinis lagi...pahit....
Bagaimana mungkin dari sekian sms untuk mereka tidak ada balasan satupun?? Dan saya pastikan rumah masih kosong saat ini...jangankan ingat pulang, ingat membalas sms saya saja tidak...

Saya kirim lagi sms itu...dengan kalimat yang agak berbeda...
“ma..sudah pulang? Aku masih di kantor..”
........tak ada balasan...
“pa...mau pulang jam berapa? Pulang bareng yuk..aku jemput papa di kantor papa, nanti kita makan malam bareng, kita ajak mama sekalian”
........tak ada balasan....

Mata saya mulai panas...saya kenal betul indikasi ini..tidak..saya tidak boleh menangis...untuk apa menangisi kekosongan, kesepian, dan kejenuhan...walaupun saya sudah jengah dibuatnya..rasanya lelah sekali berjalan sendirian...entah sudah berapa ratus malam seperti ini...sepi...

Saya kirim sms ke nomer yang sama sekali lagi...
“ma, malam ini mungkin saya tidak pulang”
....... masih tidak ada jawaban....

Jumat, 07 Oktober 2011

Conversation with my heart

Dear my heart...

Sudah saya katakan berapa kali...
Tapi kamu tetap tak bergeming...
Dulu, kamu yang repot sendiri saat dia ada didekat saya... berdegup tidak karuan...
Sudah saya bilang... “i’m not ready for this relationship”...
Tapi kamu tetap berbunga-bunga saat dia menelpon saya, dan mengucapkan selamat tidur untuk saya..
Dulu, kamu menghangat tenang setiap saya bertemu dia ... seperti meleleh saja...ah dasar lemah!
Lalu....tiba-tiba kamu bilang pada saya... bahwa kamu memilih dia...
Saya bilang..”benarkah?dia orangnya?”
Lalu kamu mengiyakan dengan keyakinan penuh...
Kamu tidak pernah membiarkan saya tenang saat saya bersama dia..berdebar tak beraturan, membuat saya semakin salah tingkah  di depan dia...
Sudah saya katakan...”jangan begitu..saya tidak ingin jatuh cinta terlalu dalam, saya takut”
Tapi kamu tetap nekat menambah dosis rasa sayang saya pada dia setiap hari...kamu lancang!

Lalu...dua tahun kemudian...

Kamu menagis sejadi-jadinya...
Kamu bilang pada saya kalau kamu remuk tak berwujud...tanpa asa...
Kamu juga semakin jarang akur dengan saya...kamu jarang bisa saya ajak bicara lagi...

Dear my heart..
Ada apa dengan kamu? Bukankah sudah saya katakan dari dulu...
Tapi kamu tidak pernah mau mendengarkan saya...
Sana, usap air mata kamu...  balut dan obati luka kamu..
Cepat sembuh ya..
Harapan saya...
semoga kamu bisa cepat  kembali ceria dan penuh asa  seperti sedia kala...



Takut Hujan

Awalnya saya takut mendung...

Lalu hujan...terlalu deras untuk tubuh mungil saya...
Pohon basah kuyub, tanahnya becek, dan ranting-ranting patah karena teriakan petir...

Tapi benar kata mereka...ini hanya hujan...

Petir mulai kelelahan, hujan mulai melambaikan tangan...
Dan saya?... belajar menikmati pelangi setelah hujan pergi....




 - 2 minggu setelah "hujan" pergi meninggalkan hidup saya -